Jumat, 08 Juni 2018

Bul ’Amiyyin

Oleh : Syaikh Abu Sulaiman Al-Arkhabiliy
Segala puji hanya milik Allah Rabbul ‘Alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penutup para Nabi…
wa ba’du:
Dahulu terheran-heran saat membaca tulisan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah prihal Negara Tattar dan fatwa pengkafiran pasukannya dan orang-orang yang bergabung dengannya, dimana beliau menuturkan bahwa di barisan Tattar itu terdapat banyak ‘ubbad (orang-orang yang mengaku Islam yang rajin beribadah) dan fuqaha (para pakar fiqh Islam), padahal Tattar ini memberlakukan Yasiq (undang-undang buatan Jenggis Khan yang disarikan dari ajaran Islam, Yahudi, Nasrani dan buah pikirannya), dan mereka berkiprah dalam mengokohkan kerajaan dan kedaulatan Jenggis Khan. <Silahkan rujuk majmu Al fatawa juz 28>
Sesungguhnya nama ‘Tattar’ adalah bukan sebab pengkafiran karena ia adalah sekedar nama bangsa, seperti nama Indonesia, malaysia, Jordania dan lain-lain. Begitu juga nama ‘Jenggis Khan’ tidak ada kaitan dengan sebab pengkafiran, seperti nama Suharto, Saddam Husen dan lain-lain. Tapi sebab pengkafiran di sana adalah ideologi yang dianut atau hukum buatan yang diberlakukan olehnya atau yang dibelanya, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Al Bidayah wan Nihayah: 13/119 prihal kekafiran orang yang memberlakukan hukum buatan (Yasiq/Alyasa) berdasarkan ijma. Karena memberlakukan hukum buatan atau membelanya adalah tindakan yang bertentangan dengan syahadat tauhid dan membatalkannya serta sekaligus melenyapkan status keislamannya.
Dan rasa heran di atas itu lenyap saat melihat realita yang terjadi di negeri ini dan negeri-negeri lainnya yang memberlakukan undang-undang buatan, dimana banyak sekali para ‘ubbad dan para fuqaha yang bergabung dalam sistim itu, baik dalam lembaga-lembaga pembuatan hukum (legislatif) atau eksekutif atau yudikatif ataupun aparat penegak atau pelindung hukum buatan dan sistimnya, bahkan tidak sedikit para ‘ubbad dan para fuqaha yang di luar sistem yang membela-bela sistem dan pemerintahan thaghut itu dengan lisan dan tulisannya melebihi pembelaan para aparatnya, padahal tanpa diminta dan tanpa dibayar…
Subhanallah… Begitulah bahaya ilmu tanpa dibarengi pemahaman tauhid dan pengamalannya… Itulah bencana para ahli ibadah dan ahli ilmu tanpa dibekali pondasi pokok ibadah dan ilmu yang paling penting yaitu tauhid (kufur kepada thaghut dan ibadah kepada Allah). Mereka menjadi sumber fitnah dalam dien ini dan biang penyesatan di tengah umat yang mengaku Islam. Merekalah generasi pelanjut Bul’am ibnu Ba’ura yang Allah ta’ala ibaratkan sebagai anjing di dalam surat Al A’raf: 175-177:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيَ آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ سَاء مَثَلاً الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُواْ يَظْلِمُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim.”

Allah ta’ala sesatkan mereka di atas dasar ilmu yang mereka miliki, dimana m ereka gunakan ilmunya untuk melanggengkan kekuasaan dan sistim para thaghut, dan di sisi lain mereka gunakan kepalsuan ilmunya untuk memerangi para muwahhidin dan mujahidin. Manhaj para muwahhidin dianggap sesat, tindakan jihad mujahidin yang berdasarkan ijtihad syar’iy juga dipersalahkan, dan apalagi tindakan keliru mereka dijadikannya sebagai bahan cemoohan yang dijadikan bahan kesimpulan untuk mempersalahkan pokok Manhaj Mujahidin, seolah Bul’amiyyin (para pelanjut Bul’am ibnu Baura) itu tidak pernah keliru dalam ibadah mereka. Tapi di sisi lain kekafiran, kemusyrikan, kebejatan, kecabulan, kerusakan dan pengrusakan para thaghut dan aparatnya tidak diusiknya… Kemana para ‘ubbad dan fuqaha Tattar itu?
Pujilah dan agungkanlah Rabb-mu wahai muwahhid atas karunia hidayah tauhid yang Dia berikan kepadamu! Seandainya Allah menghendaki tentu kamu juga bisa seperti mereka… Jangan sia-siakan tauhidmu, ajaklah manusia kepadanya dengan sabar dan akhlak yang mulia…
Semakin banyak kita mendengar ucapan Bul’amiyyin dalam membela para thaghut dan menyesatkan manhaj tauhid dan jihad, maka kita semakin bersyukur kepada Allah ta’ala atas karunia tauhid dan iman yang Allah ta’ala berikan kepada kita….
Kabar Dakwah Ilmu
#cp@abuhafizan@eramujahidiin

Posting Unggulan

Mengenali Tauhid

Bismillaahi rahmaani rahiim... Tauhid adalah dasar Islam, pondasi agama yang paling agung yang harus diketahui oleh setiap orang yang me...