Tujuan dari manusia diciptakan oleh Alloh adalah mentauhidkan Alloh dalam ibadah kepada-Nya. Inilah seruan setiap Rasul yang diutus oleh Alloh kepada umat manusia. Yaitu menyelamatkan tujuan hidup manusia. Dan melaksanakan tuntutan tauhid dan segala konsekwensinya harus dinampakkan dalam kehidupan oleh seorang hamba yang bertauhid. Alloh 'azza wa jalla berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)". (QS An Nahl:36)
Penyesalan akan didapatkan oleh mereka yang enggan untuk melaksanakan konsekwensi tauhid.
Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عِمْرَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى لِأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَوْ أَنَّ لَكَ مَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ أَكُنْتَ تَفْتَدِي بِهِ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَقُولُ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ
فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا فَأَبَيْتَ إِلَّا أَنْ تُشْرِكَ بِي
فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا فَأَبَيْتَ إِلَّا أَنْ تُشْرِكَ بِي
Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu 'Imran] mengatakan, aku mendengar [Anas bin malik] radliyallahu'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Pada hari kiamat, Alloh bertanya kepada penghuni neraka yang paling ringan siksanya; 'kalaulah kamu mempunyai semua yang ada di bumi, akankah kau jadikan untuk menebus dirimu? ' 'Tentu' Jawabnya. Maka Alloh berfirman: 'Dahulu aku hanya ingin sesuatu yang lebih sepele daripada ini ketika kamu masih dalam sulbi Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-KU dengan sesuatu apapun, namun engkau enggan bahkan menyekutukan-KU dengan sesuatu."(HR Bukhari).
Seorang penghuni neraka yang paling ringan azabnya bersedia untuk menebus dirinya dengan harta seisi dunia. Itu ingin dilakukan demi ia bisa terbebas dari azab neraka yang paling ringan. Padahal ia bisa bebas dari azab tersebut jika ketika di dunia ia mentauhidkan Alloh dan menjalankan segala konsekwensinya. Namun apa daya,di saat itu tidak ada lagi kesempatan beramal untuk merealisasikan tauhid dan konsekwensinya.
Di antara konsekwensi tauhid adalah beribadah kepada Alloh tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Kemudian berlepas diri dari para pelaku syirik.Orang yang tidak mengingkari thoghut dan tidak berlepas diri dari pelaku syirik,maka ia belum dikatakan mentauhidkan Alloh. Meskipun ia sholat, puasa, melaksanakan syiar islam dan mengaku muslim.
Mengingkari thoghut dan berlepas diri dari pelaku syirik juga harus ditampakkan sebagai bukti seseorang telah merealisasikan tauhid. Hal tersebut sebagaimana firman-Nya:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang
yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".(QS Al Baqarah: 256)
Alloh menyebutkan dalam ayat tersebut, bahwa seorang hamba dikatakan telah berpegang teguh dengan tali buhul yang sangat kuat (yaitu tauhid/laa ilaha illallah) jika ia telah ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh. Konsekwensi tauhid ini harus direalisasikan dalam kehidupan seorang muslim. Maka siapa yang tidak merealisasikan di dunia konsekwensi tauhid berupa ingkar kepada thoghut, berlepas diri dari syirik dan para pelakunya, maka kelak di akhirat ia akan menyesal. Ia menyesal karena telah meninggalkan kewajiban yang paling agung yang dituntut oleh Alloh dari hamba-Nya. Alloh menyebutkan tentang penyesalan mereka dalam firman-Nya:
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ (167) }
" Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Alloh memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka".(QS Al Baqarah: 166-167).
Disebutkan dalam ayat di atas bagaimana para penghuni neraka menginginkan untuk bisa kembali ke dunia. Hal tersebut mereka ungkapkan setelah azab neraka mereka lihat dan telah mereka ketahui bagaimana segala bentuk hubungan,baik kerabatan, pertemanan maupun hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin tidak lagi berguna.Mereka yang tengah diazab mengangankan bisa kembali ke dunia untuk sekedar bisa merealisasikan konsekwensi tauhid berupa berlepas diri dari orang-orang musyrik yang dahulu mereka taati.Mereka ingin diberi kesempatan untuk bisa ingkar kepada thoghut dan para pelaku syirik.
Jika saja mereka (penghuni neraka) bisa kembali ke dunia selama satu hari saja,maka yang satu hari itu pasti akan dimanfaatkan untuk merealisasikan konsekwensi tauhid berupa berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.Namun sangat disayangkan,kesempatan untuk itu tidak mungkin akan ada. Sebab akhirat tempat orang diberi balasan bukan tempat orang beramal.
Allah 'azza wa jalla berfirman:
Allah 'azza wa jalla berfirman:
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?". (QS Ibrahim:44).
Orang-orang zalim yang menjadi penghuni neraka meminta kepada Allah untuk bisa dikembaikan ke dunia walaupun sesaat.Waktu yang sesaat itu akan mereka pergunakan untuk mematuhi seruan Allah dan mengikuti Rasul. Sedangkan seruan Allah yang paling agung dan ketaatan kepada Rasul yang paling utama adalah," Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thoghut ".Tapi sekali lagi,
sangat disayangkan tidak
ada k esempatan kedua bagi manus
sangat disayangkan tidak
ada k esempatan kedua bagi manus
ia untuk kembali hidup di dunia.
Melaksanakan konsekwensi tauhid berupa ingkar kepada thoghut serta berlepas diri dari syirik dan para pelakunya di zaman penuh fitnah ini memang berat.Apalagi kita hidup di negeri yang dipimpin oleh penguasa thoghut dan kesyirikan nampak secara terang di tengah kehidupan kita. Namun inilah konsekwensi berpegang teguh dengan kebenaran di akhir zaman. Ia laksana memegang bara api dengan telapak tangannya.
Siapa yang bersabar dengan keadaan demikian maka ia akan selamat di dunia dan akhirat. Namun siapa yang tidak sabar, ia akan menjadi bara api kelak di neraka.
Siapa yang bersabar dengan keadaan demikian maka ia akan selamat di dunia dan akhirat. Namun siapa yang tidak sabar, ia akan menjadi bara api kelak di neraka.
Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam bersabda:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.".(HR At Tirmidzi).
Mengapa demikian berat berperang teguh dengan dienullah pada akhir zaman?.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan hadits diatas,
أنه في آخر الزمان يقل الخير وأسبابه، ويكثر الشر وأسبابه، وأنه عند ذلك يكون المتمسك بالدين من الناس أقل القليل. وهذا القليل في حالة شدة ومشقة عظيمة، كحالة القابض على الجمر، من قوة المعارضين، وكثرة الفتن المضلة، فتن الشبهات والشكوك والإلحاد، وفتن الشهوات وانصراف الخلق إلى الدنيا وانهماكهم فيها، ظاهراً وباطناً،
“Pada akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam keadaan kesusahan (karena banyaknya fitnah) sebagaimana orang yang mengenggam bara api karena banyak yang menentang dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia dan tenggelam dengan kemilau dunia baik dzahir dan batin.".
Dan bisa jadi berpegang teguh dengan tauhid dengan melaksanakan konsekwensi berupa berlepas diri dari syirik dan para pelakunya, tidak mendatangkan manfaat secara duniawi.Sebagai contoh adalah kisah ashabul uhdud yang dibantai oleh raja kafir setelah mereka menyatakan beriman kepada Allah.Dalam kisah tersebut da'i penyeru tauhid yaitu Ghulam,mati dibunuh oleh si Raja.Demikian juga dengan seluruh kaum beriman yang mengikuti Ghulam, juga mati dengan cara dibunuh oleh bala tentara raja dengan dibakar di dalam parit.Dan si Raja kafir dan bala tentaranya tetap berkuasa.
Apa yang terjadi atas ashabul ukhdud jika dilihat secara manfaat dunia mungkin tidak ada. Muwahidin dibunuh seluruhnya,sedangkan raja kafir tetap berkuasa. Namun di sisi Allah itu jauh lebih baik daripada mereka tetap dalam kemusyrikan dan dipimpin oleh thoghut yang berhukum dengan selain hukum Allah.
Seperti halnya para muwahidin yang hidup di negara kafir yang dipimpin oleh penguasa thoghut. Dengan kita mendzohirkan tauhid berupa ingkar kepada thoghut, berlepas diri dari syirik dan para pelakunya,mungkin kita akan ditangkap dan dipenjara,atau mungkin dibunuh jika kita memerangi thoghut.Meskipun mungkin dengan itu thoghut tetap berkuasa,sedangkan muwahidin dipenjara dan dibunuh oleh thoghut. Namun itu lebih baik bagi para muwahidin daripada mereka memberikan loyalitas kepada penguasa thoghut yang menyebabkan mereka kafir keluar dari islam.
Maka tidak ada pilihan bagi orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali melaksanakan tuntutan tauhid dan segala konsekwensinya. Jangan sampai mereka menginginkan bisa melaksanakan konsekwensi tauhid ketika kesempatan untuk itu sudah tidak ada.Hati-hatilah!,karena bisa jadi kematian lebih dekat kepadamu daripada tali sendalmu.
Wallahu a'lam
Oleh: Abu Usamah JR
22 Jumadilakhir 1438.H
#cp@apelmerah@AL SUNDANY MEDIA CENTER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar