Rabu, 11 Juli 2018

Jangan Sepelekan Dosa Kecil


Sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Itulah perumpamaan tentang hal yang kecil namun terus menerus kita lakukan, maka suatu waktu akan menjadi sebesar gunung. Tak terkecuali dalam hal dosa- dosa kita. Walaupun hanya dosa kecil, namun jika kita “telaten” melakukannya, lama- lama juga akan merugikan kita nantinya.


Rasuulullaah Shalallaahu ‘alyhi Wasallam bersabda (yang artinya),

“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allaah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus”. (HR. Al Baihaqi)

Diakui atau tidak, kadang kita sering sekali menyepelekan masalah dosa kecil ini. Padahal walaupun kecil sekalipun, namun dosa tetaplah menjadi dosa yang akan memberatkan timbangan keburukan bagi kita kelak di akherat. Dan walaupun dosa kecil sekalipun, namun sudah berarti kita mendurhakai Allaah.


Bilal bin Sa’ad rahimahullaah mengatakan, “Janganlah engkau melihat kecilnya suatu dosa, namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai.”

Karena itulah, dahulu Rasuulullaah Shalallaahu ‘alyhi wasallam dan para sahabat radhiyallaahu'anhum selalu berhati- hati dalam setiap langkah dalam hidup mereka. Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu yang mengatakan, “Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallaahu ‘alyhi wasallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.”

Manusia memang tidak pernah lepas dari dosa, namun bukan berarti manusia bisa menyepelekan dosa, atau menganggap remeh semua itu hanya dengan alasan ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita seharusnya kita tutupi dengan cara mendekat diri dengan orang-orang yang shalih, dan bukan dekat dengan sesama pendosa agar hidup kita lebih bermakna dihadapan Allaah subahaanahu wata'aala. ..

Dan kita sebagai seorang mukmin, yang meniatkan hidup kita untuk beribadah dan takwa kepada Allaah Ta’aala, harus banyak-banyak melakukan evaluasi diri, agar kita tidak terjebak dalam kebiasaan tersebut. Dan itulah yang akhirnya akan membedakan kita dari mereka yang ingkar.

Allaah Ta’aala berfirman tentang orang-orang munafik yang menyebarkan berita dusta tentang istri Rasuulullaah shallallaahu ‘alyhi wasallam 'Aisyah radhiyallaahu ‘anha dan mereka mengira bahwa perbuatan tersebut ringan dan remeh padahal:

{…وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ}

“…dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allaah adalah besar”. QS. An Nur: 15. Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Dan terkadang amalan tersebut remeh dan rendah menurut kita, ternyata di zaman Rasuulullaah shallallaahu ‘alyhi wasallam, menurut para shahabat radhiyallaahu ‘anhum tergolong dosa yang membinasakan dan akhirnya menyeburkannya ke dalam neraka.

عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ

“Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kalian benar-benar melakukan perbuatan-perbuatan yang di mata kalian lebih tipis daripada rambut, tetapi kami di zaman Nabi Muhammad shallallaahu ‘alyhi wasallam menganggapnya sebagai dosa-dosa yang membinasakan”.HR. Bukhari.

Seorang yang beriman sangat takut akan sebuah dosa yang dia lakukan, adapun seorang yang sering melakukan dosa sangat meremehkan dosa yang dia lakukan.

الله تعالى اعلم ... ☝

Posting Unggulan

Mengenali Tauhid

Bismillaahi rahmaani rahiim... Tauhid adalah dasar Islam, pondasi agama yang paling agung yang harus diketahui oleh setiap orang yang me...