Kamis, 12 Juli 2018

Nasionalisme Dan Kesukuan Merupakan Hal Yang Berlawanan Dengan Dīen

Sesungguhnya ide nasionalisme dan kesukuan merupakan hal yang berlawanan dengan Dīen dalam berbagai ushūlnya;


Pertama: Sesungguhnya perbedaan antara manusia ditentukan dengan taqwanya bukan dengan darahnya. ALLAH berfirman: {Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia dari kalian di sisi ALLAH adalah yang paling bertakwa} [Al-Hujurāt: 13].

Kedua: Bertentangan dengan ‘aqīdah al-Walā’ wa’l-Barā – yang ini termasuk dari pokok paling agung di dalam dien – sehingga [menurut nasionalisme] orang ‘Arab Irāq beragama Nashrani adalah seorang saudara dan berhak mendapat seluruh haknya, sedangkan orang India dan Turki Muslim maka tidak ada hak baginya, dan syari’at mereka ini mengharuskan mendahulukan ‘Uqbah bin Abi Mu’ayth dan Abu Jahal daripada Bilal yang orang Habasyah dan Salmān yang orang Persia.

Ketiga: Bertentangan dengan ikatan persatuan antara kaum Mukminīn, karena Rasulullāh [Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam) bersabda; “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhārī dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiayAllāhu ‘anhu].

Juga di dalam hadits Rasulullāh [Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam]; “Permisalan orang-orang yang beriman di dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan mereka ibarat satu tubuh, apabila ada salah satu yang merasakan sakit, maka yang lain akan ikut merasakannya dengan susah tidur dan demam” [diriwayatkan oleh Al-Bukhārī dan Muslim dari Nu’man bin Basyir radhiyAllāhu ‘anhu].

Keempat: Ini dibangun di atas pijakan seruan kepada Jāhiliyyah dan ‘Ashabiyyah, ALLAH berfirman: {Ketika orang-orang kāfir menanamkan di dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jāhiliyyah} [Al-Fath: 26].
Dan sabda Rasulullāh [Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam]; “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah” [Diriwayatkan oleh Abu Dāwud dari Jubair bin Muth’im].

—Syaikh Abū ‘Umar al-Husaynī al-Quraysī al-Baghdādī [rahimahullāh] // pidato beliau yang berjudul 'Adzillatan ‘Alā Al-Mukminīn A’izzatan ‘Alā al-Kāfirīn'

#cp @putra anshar

Posting Unggulan

Mengenali Tauhid

Bismillaahi rahmaani rahiim... Tauhid adalah dasar Islam, pondasi agama yang paling agung yang harus diketahui oleh setiap orang yang me...