Jumat, 15 Juni 2018

Berdusta Tanpa Sadar

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda ;

كَفَى بِالْمَرْء كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang ia dengar.” [HR. Muslim dari Hafsh bin ‘Ashim radhiyallahu'anhu]

Al-Imam Muslim rahimahullah menyebutkan hadits di atas dalam Shahih beliau pada bab,

باب النَّهْىِ عَنِ الْحَدِيثِ بِكُلِّ مَا سَمِع

“Bab Larangan Membicarakan Semua yang Didengarkan.”

Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيث وَالْآثَار الَّتِي فِي الْبَاب فَفِيهَا الزَّجْر عَنْ التَّحْدِيث بِكُلِّ مَا سَمِعَ الْإِنْسَان فَإِنَّهُ يَسْمَع فِي الْعَادَة الصِّدْق وَالْكَذِب ، فَإِذَا حَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ فَقَدْ كَذَبَ لِإِخْبَارِهِ بِمَا لَمْ يَكُنْ

“Adapun makna hadits ini dan makna atsar-atsar yang semisalnya adalah, peringatan dari menyampaikan setiap berita yang didengarkan oleh seseorang, karena biasanya ia mendengar kabar yang benar dan yang dusta, maka jika ia menyampaikan setiap yang ia dengar, berarti ia telah berdusta karena menyampaikan sesuatu yang tidak terjadi.” [Syarh Shahih Muslim, 1/75]


Al-Imam Al-Munawi rahimahullah berkata,

أي إذا لم يتثبت لأنه يسمع عادة الصدق والكذب ، فإذا حدث بكل ما سمع لا محالة يكذب

“Maksudnya adalah, jika ia tidak memastikan kebenaran suatu berita yang ia dengar (maka ia dianggap pendusta), sebab biasanya berita yang ia dengar terkadang benar dan terkadang dusta, maka jika ia menyampaikan semua yang ia dengar, ia tidak akan lolos dari kedustaan.” [Faidhul Qodir, 5/3]

Demikianlah ketentuan syari’at, bahwa orang yang tidak berusaha memastikan kebenaran berita yang ia dengar sebelum menyampaikannya, dihukumi sebagai pendusta.

Wallahu a'lam bish-shawwab

#cp@dbongsalmisoli

Posting Unggulan

Mengenali Tauhid

Bismillaahi rahmaani rahiim... Tauhid adalah dasar Islam, pondasi agama yang paling agung yang harus diketahui oleh setiap orang yang me...